islamickidseducation.online,
Bandung – Masjid Al-Hidayah bertempat
di Jl.Cibiru Hilir No.36, Cibiru Wetan, Kec.Cileunyi, Kab. Bandung,
Selenggarakan Salat Jum’at Berjemaah Pada hari Jum’at (31/05/24). Adapun isi khotbah
yang disampaikan mengenai Rasa Kemanusiaan yang harus kita pakai dalam
menanggapi Perang di Raffah.
Ustaz Husni, menyampaikan khotbah tentang bagaimana sikap kita dengan adanya perang di Raffah dihapadan jemaah
Masjid Al-Hidayah. Beliau menuturkan ada banyak sekali kenikmatan yang patut
kita syukuri, salah satunya kita harus bersyukur masih hidup. Disaat belahan
dunia lain, orang-orang Palestina sedang di bombardir, diancam hidup dan
kehidupannya. Kita masih dapat menikmati ibadah di tempat mulia bernama Masjid,
di Raffah sana ribuan tempat ibadah juga di bombardir hilang di luluh lantakan.
“Tentu Kita sesama umat manusia,
sesama umat muslim merasakan sedih, haru dan pilu luar biasa. Melihat sesama
umat manusia, merasakan cobaan yang begitu dahsyat yang dialami puluhan tahun
lamanya sejak dahulu sampai ssekarang tak henti-hentinnya, di luluh lantakan
kehidupan dan hidupnya. Disamping merasakan sedih yang luar biasa, mestinya
menimbulkan rasa cinta yang juga luar biasa. Cinta pada siapa? Tentu kita harus
berdiri pada barisan rakyat Palestina” ujar Ustaz Husni.
Khatib juga menyampaikan beberapa
alasan mengapa kita harus menumbuhkan rasa cinta serta berada di barisan atau
posisi Palestina. Alasan yang pertama yakni teologis, yaitu alasan
keagamaan, yang ada di Palestina bukan hanya umat muslim saja namun, tapi
mayoritas mereka semua penyembah Tuhan yang sama Yakni Allah Swt. Alasan yang
ke-dua yakni historis, kita sebagai warga negara indonesia mesti
bersyukur, Palestina berada di bagian paling depan yang mengakui kemerdekaan
bangsa Indonesia. Sebagai salah satu bentuk balas budi kita ialah dengan
berdiri di barisan Palestina yang pernah mennaqdiskan kemerdekaan bangsa kita.
Alasan ke-tiga yakni kemanusiaan, ada salah seorang ulama mengucapkan bahwa
tidak perlu menjadi muslim untuk merasa sedih dan pilu, hanya cukup menjadi
manusia untuk merasakan kesedihan itu.
“Setelah kita faham mengenai
alasan mengapa kita harus mencintai Palestina, muncul sebuah pertanyaan maka
kita harus bagaimana sebagai bentuk kecintaan kepada Palestina?. Rasulullah
saw. bersabda “ siapapun yang melihat kemungkaran di depan matanya atau di
belahan dunia lain, maka ubahlah kemungkaran itu dengan tangannya. Ubahlah
kemungkaran itu, lenyapkanlah kemungkaran itu jika tidak minimalisir
kemungkaran itu menggunakan tangannya, kekuasaannya, menggunakan apapaun yang
ia miliki dalam koridor kekuasaannya. Jika tidak mampu? Maka suarakan dukungan
itu dengan lisan. Jika kita tidak lagi mampu seluruh fasilitas itu, paling
tidak hati kita harus terus menggumamkan do’a, kumandangkan dalam setiap do’a
kita, apapun doanya sesederhana mungkin.” pungkas Ustaz Husni.
Di penghujung khutbahnya, khotib
memberikan contoh bagaimana kita harus berada di barisan Palestina, dengan
memberikan contoh tentang kejadian Nabi Ibrahim a.s. yang dibakar oleh besarnya
api, datang seekor burung pipit membawa air di paruhnya yang meneteskan air ke
perapian yang besar itu. Hadir binatang lain yaitu cicak, kemudian cicak
meledek burung itu dengan ucapan bahwa tidak akan bisa padam hanya dengan
tetesan air yang dibawa oleh burung pipit. Namun burung pipit berkata dengan
bijak “ memang saya sangat faham, saya tahu betul bahwa tetesan air yang keluar
dari paruh saya tidak akan mampu memadamkan api yang membara, tapi paling tidak
dengan ini saya menjelaskan posisi saya berada di sebelah mana, berada di
barisan Raja Namrud atau di barisan Nabi Ibrahim a.s”. tandas-Nya.
Mari kita berdo’a semoga
peperangan di Raffah segera usai dan Palestina kembali dengan kedamaiannya .
Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.
Reporter, Rizki Herdiansyah
0 Komentar